Penguasaan TIK akan Tingkatkan Daya Saing Global
Menjawab tantangan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) di era teknologi digital saat ini, daya saing lulusan perguruan tinggi (PT) perlu dibekali dengan kompetensi di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Rektor Universitas Brawijaya (UB), Prof Mohammad Bisri mengatakan, untuk memenuhi tuntutan tersebut, UB menetapkan kompetensi TIK sebagai salah satu standar kelulusan.
"Sejak 2015, UB memang telah memutuskan untuk mengunakan standar kompetensi pengunaan microsoft office bagi seluruh mahasiswa sebagai nilai tambah dalam menyelesaikan tugas kuliah dan daya saing alumni saat masuk dunia kerja, " kata Bisri pada saat Sidang Terbuka Senat UB dalam Rangka Peringatan Dies Natalis UB ke-53 di Universitas UB, Malang, Selasa (5/1).
Basir menambahkan, selain penguasaan TIK untuk meningkatan daya saing, UB menjalin kerjasama dengan empat negara dalam program double degree yakni Taiwan dengan empat universitas, Jepang dengan dua universitas, Thailand dengan enam universitas, dan Australia dengan enam universitas.
Menurut Bisri, program ini bertujuan untuk sosialisasi ketersediaan sumber daya internasional penelitian agar meningkatkan jumlah kolaborasi internasional. Sehingga dalam jangka panjang, UB akan meningkatkan jumlah penerimaan mahasiswa program magister dan doktor ke depannya.
Pada kesempatan yang berbeda, Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (Aptisi) Edy Suandi Hamid mengatakan, lulusan PT saat ini untuk standar TIK mungkin tidak terlalu mengkhawatirkan. Meski begitu, ia mengakui untuk kasus uji kompetensi lulusan diploma, hasilnya masih belum terlalu menggembirakan. Padahal, dalam persaingan regional seperti di ASEAN dan global, standar minimal bagi seorang tenaga kerja harus di atas standar tersebut.
"Jika masih rata-rata maka pasti sulit bersaing,"kata dia kepada SP, Rabu (6/1) pagi.
"Bisa belajar nonformal, mandiri, dan melakukan inovasi untuk menciptakan program, bukan hanya user,"ujarnya.
Dia menuturkan, potensi memiliki kemampuan TIK cukup besar dapat mendorong berkembangnya industri kreatif yang bernilai tambah tinggi dan bisa mengglobal diera digital seperti sekarang ini.
Rektor Universitas Brawijaya (UB), Prof Mohammad Bisri mengatakan, untuk memenuhi tuntutan tersebut, UB menetapkan kompetensi TIK sebagai salah satu standar kelulusan.
"Sejak 2015, UB memang telah memutuskan untuk mengunakan standar kompetensi pengunaan microsoft office bagi seluruh mahasiswa sebagai nilai tambah dalam menyelesaikan tugas kuliah dan daya saing alumni saat masuk dunia kerja, " kata Bisri pada saat Sidang Terbuka Senat UB dalam Rangka Peringatan Dies Natalis UB ke-53 di Universitas UB, Malang, Selasa (5/1).
Basir menambahkan, selain penguasaan TIK untuk meningkatan daya saing, UB menjalin kerjasama dengan empat negara dalam program double degree yakni Taiwan dengan empat universitas, Jepang dengan dua universitas, Thailand dengan enam universitas, dan Australia dengan enam universitas.
Read Also
Pada kesempatan yang berbeda, Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (Aptisi) Edy Suandi Hamid mengatakan, lulusan PT saat ini untuk standar TIK mungkin tidak terlalu mengkhawatirkan. Meski begitu, ia mengakui untuk kasus uji kompetensi lulusan diploma, hasilnya masih belum terlalu menggembirakan. Padahal, dalam persaingan regional seperti di ASEAN dan global, standar minimal bagi seorang tenaga kerja harus di atas standar tersebut.

Ke depannya Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini mengharapkan, PT-PT besar dengan reputasi baik harus menghasilkan lulusan dengan TIK yang bagus. Oleh karena itu, lulusan TIK PT harus terus mengasah keilmuan dan meningkatkan keterampilannya, tanpa terus tergantung dengan lembaga pendidikan tingginya.
"Bisa belajar nonformal, mandiri, dan melakukan inovasi untuk menciptakan program, bukan hanya user,"ujarnya.
Dia menuturkan, potensi memiliki kemampuan TIK cukup besar dapat mendorong berkembangnya industri kreatif yang bernilai tambah tinggi dan bisa mengglobal diera digital seperti sekarang ini.